BAB 2
KONSEP INFORMASI
Sistem
informasi manajemen berhubungan dengan informasi, tetapi apakah informasi itu?
Berapa banyak I nformasi yang diberikan oleh sebuah system informasi? Belum ada
metode untuk mengukur informasi dalam sebuah system informasi. Dan kerumitan
informasi tidak kemungkinan adanya suatu rumus atau algoritme untuk menghitung
isinya. Tetapi, ada beberapa konsep dan analogi yang berguna untuk sedikit menjawab pertanyaan ini. Bab
ini menguraikan beberapa konsep yang berhubungan dengan arti dan sifat
informasi.[1]
Definisi
Informasi
Informasi
dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah saluran komunikasi,
dan sebagainya. Tetapi ada bebrapa gagasan yang mendasari pemakaian istilah
informasi dalam sebuah system informasi. Informasi memperkaya penyajian,
mempunyai nilai kejutan, atau mengungkap sesuatu yang penerimanya tidak tahu
atau tidak tersangka.
Definisi
umum untuk informasi dalam pemakaian system informasi adalah sebagai berikut: Informasi
adalah data yang telah di olah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang.
Hubungan antara
data dengan informasi adalah seperti bahan baku sampai barang jadi
Sistem
pengolahan informasi mengolah data menjadi informasi. Atau lebih tepatnya,
system pengolahan mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna atau
informasi bagi penerimanya. Analogi bahan baku terhadap barang jadi
memperkihatkan konsep bahwa informasi bagi seseorang mungkin dipandang sebagai
data mentah oleh rang lain, sebagai mana barang jadi sebuah difisi manufaktur
menjadi bahan baku bagi difisi lainya.[2]
tingkat manajemen informasi+aturan
keputusan = keputusan oleh manajemen
Peringkasan data
Informasi+aturan
keputusan = keputusan petugas operasi
Tingkat operasi
Data transaksi
Informasi, dalam
lingkup sistem informasi, memiliki bebrapa cirri:
1.
Benar atau salah. Ini dapat berhubungan
dengan realitas atau tidak. Bila penerima informasi yang salah mempercayainya,
akibatnya semua seperti yang benar
2.
Baru. Informasi dapat sama sekali baru
dan segar bagi penerimanya
3.
Tambahan. Informasi dapat memperbaharui
atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada.
4.
Korektif. Informasi dapat menjadi suatu
koreksi atas informasi salah atau palsu sebelumnya.
5.
Penegas. Informasi dapat mempertegas
informasi yang telah ada ini masih berguna karena meningkatkan persepsi
penerimanya atas kebenaran informasi tersebut.
Informasi dalam teori matematis komunikasi
Istilah “ teori informasi” sering dipakai untuk maksud teori
matematis komunikasi. Teori matematis mempunyai penerapan langsung dalam sistem
komunikasi mekanis dan elektronik. Ia dipakai secara terbatas dalam praktek
untuk sistem informasi manajemen. Tetapi teori ini dapat membantu pandangan
pada sifat informasi.
Masalah komunikasi informasi dalam sistem informasi dapat dipandang
dalam tiga tingkatan:
1.
Tingkat teknis.
Seberapa akurat informasi dapat disalurkan?
2.
Tingkat
semantik. Seberapa tepat simbol-simbol yang disalurkan dapat membawakan arti
yang diinginkan?
3.
Tingkat
efektivitas. Seberapa cocok peran tersebut sebagai motivasi tindakan manusia?
Teori matematis komunikasi adalah mengenai tingkat teknis dan tidak
bersangkut-paut dengan arti (semantik) atau efektivitas.[3]
Model sebuah Sistem komunikasi
Ada
sebuah pemancar yang kemungkinan simbol-simbol kode di kirim melalui sebuah
saluran sebuah penerima. Pesan yang keluar dari sebuah sumber ke pemancar
secara umum disandi(encoded) sebelum dikirim melalui saluran komunikasi
dan harus diuraikan(decoded) kembali oleh sebuah penerima agar pesan
dapat dipahami situjuan.
Definisi
matematis Informasi
Dalam teori matematis komunikasi, informasi memiliki arti yang
sangat seksama. Jumlah rata-rata cacah biner yang harus dipancarkan dipakai
untuk identifikasi suatu pesan di antara sekian pesan yang mungkin. Dengan
demikian adalah mungkin untuk menciptakan kode yang berlainan untuk
masing-masing pesan. Pesan yang akan dikirim disandi, kemudian sandi/kode
dikirim melalui saluran dan alat pengurai sandi melakukan identifikasi atas
pesan berdasarkan sanditersebut. Pesan dapat didefinisikan dengan berbagai
cara.
Entropi
Istilah “entropi” dipinjam dari termodinamika. Yaitu
ketidakteraturan relatif (relative disorder) atau keteracakan (randomnes)
dalam sebuah sistem. Informasi adalah sebuah ukuran keteraturan dalam sebuah
sistem dan merupakan lawan dari entropi. Tetapi, rumusan informasi kerap
disebut sebagai “fungsi entropi”. Alasannya adalah karena informasi diperlukan
untuk mengurangi keraguan atau ketidakteraturan.
Redundansi
Sebuah komunikasi jarang terdiri dari informasi yang lengkap
komposisinya. Selalu ada saja elemen yang relundan (kelebihan). Relundansi
nampaknya secara sekilas buruk karena menunjukkan adanya elemen yang tidak
diperlukan. Tetapi sedikit relundansi dapat dipakai untuk pengendalian
kesalahan.[4]
Reduksi Data
Kendala (constrains) pada
sisitem informasi dan manusia sebagai pengelola data menyebabkan perlunya
dipakai beberapa cara untuk mengurangi beberapa data yang di sajikan untuk di
pakai manusia. Metode yang di pakai klasifikasi dan kompresi, peringkasan dan
keorganisasian, serta inferensi.
Klasifikasi dan Kompresi
Disamping kemungkinan memancarkan semua butir (item) data individu, sistem dapat menggolongkan butir untuk
mengurangi volume data. Hal ini tampak dalam klasifikasi perakunan. Direktur
sebuah organisasi biasanya tidak dapat meninjau penjualan satu per satu untuk
memperoleh informasi bagi keputusan. Maka sistem perakunan meringkas semua
penjualan dalam sebuah total ”penjualan dalam priode tertentu”. [5]
Sistem perakunan Laporan
|
|||||
Klasifikasi
dan pemampatan
Manajemen puncak
Peringkasan
Tingkat
menengah
Tingkat
Bawah
Tindakan kejadian keluhan
Peringkasan
dan penyaringan keorganisasian
|
|
|
|
|
|
Inferensi Statistis
atau putusan
Pengelolaan
Inferensi
Peringkasan
dan penyaringan keorganisasian
Sistem perakunan mengelompokkan dan memampatkan data transaksi yang
di butuhkan untuk tujuan-tujuan perakunan. Tetapi banyak transaksi dan
peristiwa yang mempunyai hubungan (informasi) untuk pengambilan keputusan.
Inferensi
(penganbilan kesimpulan)
March dan Simon memakai istilah “ penyerapan tak tentu” untuk
reduksi data yang timbul bila inferensi/kesimpulan ditarik dari seperangkat
data dan inferensi (bukannya data) tersebut di komunikasikan dalam organisasi.
Ini menyebabkan reduksi data yang cukup besar. [6]
Mutu Informasi
Dalam sebuah telaah yang di buat oleh
Adam mengenai sikap manajemen terhadap system informasi, 75% manajer menilai
peningkatan kuantitas dan mutu hamper identik dampaknya terhadap prestasi
kerja. Tetapi diminta memilih, 90% lebih menyukai peningkatan dalam mutu
informasi di bandingkan terhadap kuantitasnya.
Kesalahan adalah persoalan yang lebih
gawat karena terhadap hal ini dapat dilakukan penyesuaian sederhana. Dalam
kebanyakan system informasi, penerima Informasi tidak memiliki pengetahuan
tentang bias atau kesalahan yang dapat mempengaruhi mutu informasi
tersebut. Dan kesulitan menghadapi
kesalahan dapat di atasi dengan:
1. Pengendalian intern untuk mengetahui
kesalahan
2. Audit intern dan ekstern
3. Menambahkan batas-batas kepercayaan pada
data
4. Intruksi pemakai dalam prosedur
pengukuran dan pengolahan agar pemakai dapat menilai kesalahan yang mungkin
terjadi.[7]
Usia
Informasi
Bagian
ini meneliti sifat usia informasi sehubungan dengan informasi yang terkandung
dalam laporan periodik, seperti laporan operasi bulanan dan laporan posisi
keuangan pada akhir sebuah periode.
Sebuah interval
informasi (i) di definisikan sebagai interval antara laporan-laporan untuk
laporan mingguan. Interval informasinya adalah satu minggu, untuk laporan
bulanan, satu bulan. Penundaan pelaporan (d) di definisikan sebagai waktu
penundaan pengolahan antara akhir interval informasi dan terbitnya laporan
untuk manajemen.
Dengan
memakai dua variable ini, maka usia informasi maksimum, rata-rata dan minimum
dari laporan manajemen
Informasi kondisi informasi
operasi
|
usia maksimum d + i d + 1,5 i
Usia rata-rata
d + 0,5 i d + i
Usia minimum d d
+ 0,5 i
|
Dimana i = interval
informasi antara laporan-laporan
d = waktu penundaan pengolahan
Rumusan
untuk informasi kondisi menyatakan bahwa usia minimum adalah waktu penundaan
pengolahan. Bila penundaan inii adalah lima hari, maka angka sediaan untuk 15
september setidaknya telah berusia lima hari sebelum laporan diterima pada 20
september. Usia maksimum informasi kondisi adalah oenundaan ditambah interval.
Bila laporan sediaan diterbitkan secara mingguan ( interval informasi adalah
tujuh hari ) dan penundaan pengolahan adalah lima hari.[8]
Penerapan
Konsep Informasi pada Rancangan Sistem Informasi
Matematika teori informasi telah diterapkan dalam perancangan
sistem komunikasi. Matematika tidak dipakai dalam lingkungan sistem informasi
manajemen yang lebih rumit, tetapi ada beberapa pandangan diberikan oleh teori
tersebut:
1.
Informasi
mempunyai nilai kejutan.
2.
Informasi
mengurangi keraguan.
3.
Adanya
informasi karena ada pilihan.
4.
Tidak semua
data yang dikomunikasikan mempunyai nilai informasi.
5.
Sifat redundan
bermanfaat untuk mengendalikan kesalahan dalam komunikasi.[9]
Model dasar sistem komunikasi dalam teori informasi lebih rumit
bila manusia diikutsertakan. Manusia adalah sistem yang dapat menyesuaikan diri
dalam menuju sasaran. Karena itu lebih sulit diterangkan daripada sebuah sistem
komunikasi perangkat keras.
Bising
(kerangka acuan,
prasangka, gangguan
fisik, dan sebagainya)
Informasi dihubungan dengan keraguan karena adanya pilihan yang
harus diambil dan pilihan mana yang tepat tidak dapat dipastikan.alasan untuk
mendapat informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian agar pilihan
setepatnya dapat diambil. Informasi adalah data yang mengandung arti bagi
penerimanya, dan mempunyai nilai nyata atau dapat ditangkap untuk keputusan
saat ini atau mendatang.[10]
[1] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :27
[2] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :28-29
[3] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :30
[4] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar
Informasi Manajemen. (Jakarta : PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :32
[5] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :34
[6] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :35
[7] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :36
[8] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :39
[9]
Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :41
[10] Gordon B. Davis, Kerangka Dasar Informasi Manajemen. (Jakarta
: PT Pustaka Binaan Pressindo. 1984). Hlm :42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar