PROPOSAL
PENELITIAN
Judul : METODE LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA AGAR DAPAT BERPRESTASI DI SEKOLAH DASAR
NEGERI 02 TAMBAKREJO
Penulis : Hasif sanada
NIM : 123311019
Program Studi : Kependidikan Islam
BAB
I
LATAR BELAKANG MASALAH
I.
PENDAHULUAN
Di sekolah,
tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran
siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran
tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun
dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan
salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk
menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam
bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru
mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas
dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :
1.
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan
dan konseling kepada siswa
2.
Membantu guru pembimbing/konselor
mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling,
serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3.
Mengalih tangankan siswa yang memerlukan
pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
4.
Menerima siswa alih tangan dari guru
pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor
memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
5.
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan
guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan
dan konseling.
6.
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti
/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7.
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan
masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8.
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan
dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
Implementasi
kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Dari sudut
pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1.
Pakar psikologi pendidikan, artinya guru
merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2.
seniman dalam hubungan antar manusia (artist
in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan
menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3.
Pembentuk kelompok (group builder),
yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan;
4.
Catalyc agent atau inovator, yaitu guru
merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat
suatu hal yang baik; dan
5.
Petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental
para peserta didik.
Sementara itu
mengutip dari Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan
dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing
order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning).
Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau
tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk,
disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya,
interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi
mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur
dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan
lain-lain.
I.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana metode
layanan Bimbingan dan Konseling terhadap kenakalan siswa agar dapat
berprestasi?
2.
Bagaimana
langkah-langkah yang dilakukan guru kelas dalam pelayanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa yang nakal?
II.
TUJUAN DAN
KEGUNAAN
Penelitian
ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.
untuk
mengetahui metode layanan Bimbingan dan Konseling terhadap anak yang nakal agar
berprestasi
2.
untuk
mengetahui langkah-langkah yang dilakukan guru kelas dalam melakukan Bimbingan
dan Konseling
3.
4.
.
III.
MANFAAT
PENELITIAN
Adapun
manfaat penelitian yang dilakukan adalah :
1.
Manfaat
teoristis, yaitu : untuk memecahkan masalah yakni memecahkan masalah tingkah laku
anak yang berosientasi negative, yaitu dengan membantu anak dalam mengatasi
masalah kenakalanya. Dan untuk membantu anak untuk mengarahkan kearah yang baik
terutama jika anak itu sudah berprestasi agar mampu mengembangkan prestsinya.
2.
Manfaat praktis
a.
untuk konselor
sekolah dan guru mata pelajaran diharapkan untuk lebih memperhatikan, memotivasi perkembaganya dalam
belajar sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan mendapatkan
hasil yang maksimal
b.
bagi orang tua
sebagai keluarga merupakan lingkunggan yang pertama dan utama dalam memulai
pendidikan bagi anak sehingga orang tua dapat memperhatikan terus menerus cara
bergaul dan bertingkah laku anak serta mengikuti perkembangan belajarnya
c.
untuk subyek
dengan adanya penelitian ini dapat membantu anak untuk memahami dirinya dengan
mengetahui kesulitan yang di alami sang anak. Serta mampu mengembangkan potensi
positif yang ada dalam dirinya.
d.
Bagi peneliti
manfaatnya adalah untuk menambah wawasan serta meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam melakukan peneltian lebih lanjut
e.
Bagi masyarakat
adalah dengan hasil penelitian ini serta melalui informasi yang diperoleh dalam
penelitian ini dapat memperhatikan dan mengawasi cara berperilaku anak usia
sekolah serta mampu memotivasi semangat belajarnya.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Hasil
Penelitian Yang Relevan
Penelitian mengenai Bimbingan
Konseling telah banyak dilakukan terbukti dengan beberapa karya ilmiah yang
diantaranya merupakan skripsi sebagai berikut:
1.
Penelitian yang
dilakukan oleh Kurnia NIM 08220058 berjudul Layanan bimbingan konseling
terhadap masalah social pribadi siswa di MTsN 1 Yogyakarta. Focus
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode layanan bimbingan
konseling terhadap masalah pribadi social siswa yang meliputi, penyesuaian
diri, menghadapi konflik serta pergaulan siswa siswi.
2.
Penelitian yang
dilakukan oleh Elidath B.suan NIM 0601160007 berjudul Pengaruh layanan
bimbingan belajar terhadap pengentasan kesulitan belajar siswa kelas XI bahasa
SMA N 1 Kupang . Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh layanan bimbingan belajar terhadap kesulitan belajar
3.
Penelitian yang
dilakukan oleh Renoldus Yoland NIM 0601160035 berjudul STUDI KASUS TENTANG
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SEORANG SISWA KELAS
VIII DI SMP NEGERI 5 KUPANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 . Fokus penelitian
ini adalah untuk mengetahui factor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa.
Dari beberapa penelitian diatas memang
member tampat mengenai Bimbingan dan Konseling. Namu penelitian-penelitian
tersebut mempunya beberapa perbedaaan waktu, tempat dan lain-lain. Khususnya
mengenai mengenai metode dari bimbingan konseling masalah social, juga pengaruh
dari layanan bimbingan belajar. Sedangkan penelitian yang penulis buat lebih
menekankan pada Upaya, strategi dan langkah dalam menagani masalah belajar.
2.
Landasan Teori
A.
Definisi
kenakalan
Kenakalan dengan kata dasar nakal dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak
menurut . sedangkan kenakalan itu sendiri merupakan perbuatan nakal dan
bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang melanggar norma
kehidupan.
Peraturan pemerintah No. 28 dan 29 tahun 1990 dan peraturan
pemerintah No. 72 tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa “Bimbingan ialah
bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka menemukan pribadi, mengenli
lingkungan dan merencanakan masa depan “ pengertian ini secara langsung telah
mencangkup arti dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah dasar.
Secara spesifik SK mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan “ Bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk murid, baik secara perorangan maupun
secara optimal dalam bidang Bimbingan pribadi, Bimbingan sosial dan Bimbingan
karier melalui jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma
yang baik.
Gambaran umum kenakalan siswa sekolah dasar ialah anak tidak sama
dengan orang dewasa, jalan pemikiran anak masih sering dikuasai oleh emosinya
yang mengarah pada keinginan bermain. Apabila setiap keluarga disoroti
kemungkinan aka nada tindaknya persoalan dengan anak, maka akan terlibat
macam-macam derajat kesulitan. Bahkan mungkin saja bahwa tidak semua keluarga
menyadarinya. Permasalahan yang disebabkan oleh anak justru sering menyangkut
pihak-pihak lain.
Pentingnya
pengembangan karier anak, maka bimbingan karier itu sangat perlu diberikan
kepada setiap siswa untuk menyaring serta menyeleksi potensi-potensi yang
dimilikinya, yang sesuai dengan siswa dalam menentukan masa depanya.
Sedangkan apa yang
dimaksud dengan karier itu sebenarnya? Sebagai bahan orientasi kareir pada
khusunya, dikutip dari pendapat Prof. Edgar H. Schein, Karier adalah suatu
pandangan yang telah membudaya mengenai tingkat kemajuan yang terbatas pada
tingginya upah.
B.
Factor-faktor
penyebab kenakalan siswa sekolah dasar
Kenakalan anak menurut sebagian para ahli merupakan kegagalan
memperoleh respon yang dapat diterima oleh masyarakat atau kegagalan memperoleh
pembenaran moral dan etis yang sesuai dengan budaya masyarakat. Dan sebab-sebab
kegagalan tersebut bersumber dari problem perkembangan.
Psikologi anak yang mendapati proses suoer ego anak kearah
sosialisasi yang tepat dan memadai mungkin juga disebabkan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan standar prilaku yang umum di masyarakat sekitar. Jadi
kenakalan anak diukur dengan standar nilai dan norma-norma sosial. Mungkin satu
bentuk perilaku siswa dilingkungan masyarakat tidak sesuai dengan tolak ukur
dari kebudayaan atau tradisi yang berlaku, maka bentuk-bentk perilaku dipandang
kenakalan
Pada dasarnya dari setiap masalah atau kenakalan. Peserta didik di
sekolah dasar cenderung dari sumber yang melatar belakangi penyebabnya. Seorang
guru Bimbingan Konseling harus mengetahui siapa peserta didik yang bermasalah
serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Secara lebih terperinci
penyebab-penyebab kenakalan pada siswa adalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya Kasih
Sayang Orang Tua
Terkadang
orang tua lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja sehingga anak tidak
mendapatkan perhatian dari orang tuanya sehingga anak mencari perhatian orang
tua dengan perilaku yang menurut anak efektif untuk mendapatkan perhatian,
yakni dengan perilaku negative
2.
Pergaula dengan
teman yang tidak sebaya
Pergaulan
dengan teman yang jauh lebih tua menyebabkan anak meniru perilaku orang
tersebut, hal ini terjadi karena anak merupakan periode imitasi yang selalu
meniru perilaku orang dewwasa baik itu yang baik maupun yang buruk
3.
Peran dari
perkembangan Iptek yang membawa dampak negative
Meskipun
Iptek merupakan hal yang sangat membantu dalam perkembangan informasi akan
tetapi tetap ada dampak negative dari iptek tersebut, khususnya dalam internet tersebut.
4.
Dasar-Dasar
Agama yang kurang
Pondasi
agama merupakan pondasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia maka tidak
aneh jika seorang yang tidak memiliki pondasi agama yang tidak kuat maka akan
mudah terpengaruhi oleh hal negative
5.
Tidak adanya media
penyalur bakat dan hobinya
Jika
media penyalur bakat tidak ada maka kesenangan anak akan merubah arah terhadap
hal lain, biasanya anak akan berubah kearah negative karena anak berfikir hal
itu akan dapat memberikan kesenangan etrsendiri
6.
Kebebasan yang berlebihan
Kebebasan yang
diberikan orang tua terhadap anak mengakibatkan seorang anak tidka ragu lagi
melakukan apa yang diinginkan oleh anak tersebut termasuk perilaku negative
Di balik semua kenakalan siswa
sekolah dasar terkadang dia merupakan anak yang cerdas dan baik pula
prestasinya akan tetapi karena kenakalan yang dimilikinya membuat sang anak
tidak mampu untuk mengontrol kecerdasanya dan disini amat disayangkan jika
kecerdasanya itu tidak mampu di implimentasikanya dalam pembelajaran. Disinilah
bagaimana peran guru Bimbingan Konseling dalam mengaahkan serta menangani anak
yang nakal tapi berprestasi.
C.
Bentuk
kenakalan siswa serta peran guru dalam mengatasinya
Dalam pembahasan anak berperilaku nakal, akan dibatasi pada tiga
jenis perilaku bermasalah yaitu:
Ø Keras kepala atau bengil yaitu
suka membantah terhadap orang lain, tetapi tidak ada alas an yang
diajukan, anak yang keras kepala selain dilingkungan keluarga dapat juga
dilingkungan sekolah. Anak yang keras kepala selain dilingkungan keluarga dapat
juga dilingkungan sekolah. Anak yang keras kepalanya biasanya bertujuan untuk
menyembunyikan kelemahan batin yang ada pada dirinya.
Anak keras kepala sering timbul dikalangan anak-anak setelah mereka
mencapai umur tujuh tahun. Anak-anak memperlihatkan sikap dengil itu dalam
wujud suka membantah, suka ngeyel dan sebagainya. Namun orang tua pada umumnya
langsung memarahinya bahkan langsung memukulnya, sehingga anak menjadi nakal
dank eras kepala kepada kedua orang tua.
Ø Berbohong
Yaitu salah satu cacat atau kesalahan yang sering terjadi pada
anak-anak maupun orang dewasa, bohong selain sifat yang tidak terpuji juga
dapat menimbulkan masalah bagi guru.
Jenis-jenis
bohong, yaitu :
1.
Bohong karena
darurat
2.
Bohong sosial
3.
Bohong untuk
diri sendiri
4.
Bohong
kompensasi
Ø Pendusta
Pada umumnya seorang anak berdusta karena kedua orang tuanya atau
orang lain karena ingin melakukan sesuatu untuk keinginan hatinya. Atau
berdusta karena ada rasa takut yang menyelimuti perasaan untuk berusaha jujur
tapi takut untuk dimarahi. Sebab-sebab anak sering berdusta :
·
Merasa takut
·
Ingin menarik
perhatian orang lain
·
Ingin
memperoleh keuntungan
D.
Fungsi
bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Dikutip dari bukunya bapak Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa
ada tiga fungsi bimbingan konseling, yaitu:
v Funsi penyaluran (Distributor)
Merupakan
fungsi bimbingan dalam membantu penyaluran siswa-siswa memilih program-program
pendidikan yang ada disekolah, penyaluran terhadap bakat, minat dan cita-cita.
Disamping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan
di seklah antara lain, membantu menempatkan anak dalam kelompok besar dan lain
sebagainya.
v Fungsi penyesuaian (Adjustif)
Merupakan fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadinya yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khusunya
dalam teknik konseling siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
dan kesulitan-kesulitanya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam mengembangkan
dirinya secara optimal.
v Fungsi adaptasi (Adaptif)
Merupakan fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekoah
khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan cirri khas dan
kebutuhan pribadi siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang
cirri-ciri kebutuhan, minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siiswa
kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman
belajar bagi siswa. Sehingga para sisiwa memperoleh pengalaman belajar yang
sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.
v Prinsip-prinsip bimbingan konseling di sekolah dasar
Merupakan paduan hasil kegiatan teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksud. Berikut merupakan
prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu sejumlah sumber sebagai
berikut:
1.
Sikap dan
tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaanya adakah unik
dank has. Keunikan ini memberikan cirri atau merupakan aspek kepribadian
seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan sikap dan tingkah
lakuseseorang dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai
atau tepat.
2.
Tiap individu
mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karena itu dalam
memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai
dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
3.
Bimbingan pada
prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu
mampu menghadapi dan mengatasi kesulitanya sendiri.
4.
dalam
suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif, mempunyai banyak
inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang
dibimbing.
5.
Prinsip referal
atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata
masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oelh sekolah (petugas bimbingan).
Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga
lain yang lebih ahli
6.
Pada tahap awal
dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identitas kebutuhan dan
kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
7.
Proses
bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan
yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakat.
8.
Program
bimbingan dan konseling disekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada
sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupajan keharusan karena usaha bimbingan
mempunyai peran untuk memperlancar jalanya proses pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan
9.
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah hendaklahdipimpin oelh seorang petugas yang benar-benar
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Dismaping itu ia mempunyai
kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
10. Dalam program bimbinggan dan konseling sekolah hendaknya senantiasa
diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksana. Prinsip ini
sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering
dilupakan. Padahal sebenarnya tahap
evaluasi sangat penting artinya disamping untuk menilai tingkat keberhasilan
juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
E.
Kegiatan
BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetens
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi
bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK
dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan
utama, yakni:
1.
Layanan
dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang
bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan
ketrampilan ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa
sekolah dasar
2.
Layanan
responsive
Layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu
memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peseerta didik saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang
digunakan adalah konseling individual, kelompok dan konsultasi isi respon,
antara lain :
a.
Bidang
pendidikan
b.
Bidang
belajar
c.
Bidang
sosial
d.
Bidang
pribadi
e.
Bidang
karier
f.
Bidang
tata tertib SD
g.
Bidang
perilaku sosial
h.
Bidang
kehidupan lainya
3.
Layanan
perencanaan individual
Merupakan layanan bimbingan yang membantu seluruh
pesrta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan
kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu
siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
4.
Dukungan
system
merupakan kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantabkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangan profesionalitas, hubungan
masyarakat dan staff, konsultan dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat
yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.(Mengutipa dari
Thomas ellis, 1990)
F.
Peran
guru kelas dalammkegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses
belajar-mengajar. Oleh karena itu peran guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan
BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran
yang dirumuskan.
Dikutip dari bapak Sadirman (2001:142) menyatakan
bahwa ada Sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu :
1.
Informatur
Guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informative,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun
umum.
2.
Organisator
Guru sebagai pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran
dan lain sebagainya
3.
Motivator
Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk menidnamisasikan potensi jiwa, menumbuhkan swadaya dan daya
cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar
4.
Director
Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
5.
Inisiator
Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar
6.
Transmitter
Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan
7.
Fasilitator
Guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
bekajar-mengajar
8.
Mediator
Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa
9.
Evaluator
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkahlaku sosialnya, sehingga dapat menentukan
bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
3.
Kerangka
berfikir
Proses
pendidikan sebagai proses individual membawa implikasi bagi praktek pendidikan
untuk memberikan kepedulian kepada perkembangan setiap peserta didik; upaya
pendidikan perlu menyentuh setiap dunia kehidupan peserta didik secara
individual. Sementara itu kenyataan menunjukkan bahwa proses pelaksanaan
pendidikan, yang dibatasi kepada proses pengajaran, lebih banyak bersifat
massal dan klasikal, sehingga tak jarang dunia kehidupan individual peserta
didik menjadi kurang terpedulikan dalam proses pengajaran. Ini berarti bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan, pendekatan pengajaran bukanlah satu-satunya yang
bisa menjamin tercapainya perkembangnan peserta didik secara optimal.
Keberadaan
bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang
kepeduliannya tidak terletak pada proses instruksional
melainkan pada proses-proses non instruksional, dengan fokus
intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya
dengan pendidikan, bimbingan pula selalu berhadapan dengan individu yang sedang
ada dalam proses perkembangan, dan bimbingan peduli terhadap semua spek
perkembangan individu peserta didik baik aspek intelektual, sosial, emosional,
maupun nilai. Berikut ini merupakan
gambaran dari kedudukan bimbingan dan konseling bagi siswa.
Layanan dasar
|
Layanan responsif
|
Layanan
per-individu
|
Dukungan sistem
|
Komponen
program
BK
|
Pengembangan
professional, konsultasi,kolaborasi dan kegiatan manajemen
|
SISWA
|
Kebutuhan
akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah
perkembangan siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat
Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalh perkembangan siswa
sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan
sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan
bimbingan si sekolah dasar.
Kebutuhan akan bimbingan di sekolah dasar terkait erat
dengan karakteristik perkembangan peserta didik. Masalah-masalah yang muncul
pada peserta didik di sekolah dasar akan banyak kaitannya dengan masalah
perkembangan yang mereka alami, dan masalah perkembangan tersebut akan
berpengaruh kepada penyesuaian diri peserta didik terhadap program sekolah. Rentang
keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat pandai sampai
dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri
terhadap program sampai dengan siswa yang sangat sulit menyesuaikan diri, dari
siswa yang tidak bermasalah sampai dengan siswa yang sarat masalah.
4.
Metode
penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan,
maka peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.[1]
Peneliti mendeskripsikan dalam bentuk kata- kata dan bahasa tentang metode
layanan bimbingan dan konseling terhadap anak yang nakal agar dapat berprestasi
di sekolah dasar negeri 02 Tambakrejo
2.
Tempat dan
Waktu Penelitian
a.
Tempat
Penelitian akan dilakukan di SDN 02 Tambakrejo yang berada di jalan
Desa Tambakrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. kepala sekolahnya adalah Sumiyatno
S.pdi, dengan visi sekolah “terwujudnya peserta didik yang unggul di bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) serta keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT (imtaq)”. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 10 Juli
sampai 9 Agustus 2015.
Alasan
akademik pemilihan tempat/ lokasi penelitian yaitu penelitian ini dilaksanakan
di SDN 02 Tambakrejo Pemilihan tempat ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
1)
Di SDN 02
Tambakrejo memiliki kurikulum khusus yayasan yang dijadikan ciri khas dari
lembaga tersebut.
2)
Mata pelajaran
yang diajarkan di dalam kurikulum takhasus lebih mengedepankan pendidikan Agama
Islam melalui mata pelajaran aqidah akhlak, fiqh, SKI, dan al-Qur’an.
3)
Dengan adanya Bimbingan
dan Konseling ini, Di SDN 02 Tambakrejo mendapat kepercayaan penuh terhadap
para wali muridnya akan keberhasilan pendidikan sikap dan tingkahlakunya untuk
mengembangkan karakter para siswa khususnya pada karakter yang lebih baik.
3.
Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah pihak- pihak sekolah
yang bersangkutan yaitu kepala sekolah, Guru kelas dan guru mata pelajaran di Di SDN 02 Tambakrejo. Informasi dari pihak-
pihak tersebut penting untuk melengkapi catatan hasil observasi peneliti
dilapangan. Sedangkan sumber data penunjangnya adalah dokumen- dokumen sekolah
di Di SDN 02 Tambakrejo
4.
Fokus
Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti difokuskan pada metode yang digunakan guru kelas dalam
mengaplikasikan bimbingan dan konseling terhadap anak yang bermasalah
5.
Teknik
Pengumpulan Data
a. Wawancara.
Mengutip dari Esterberg
(2002) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.[2]
Dalam mencari
informasi yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode wawancara dengan pihak-
pihak yang terkait diantarnya yaitu: Kepala sekolah, peneliti melakukan
wawancara kepada pihak kepala sekolah SDN 02 Tambakrejo yang bernama Sumiyatno,
S. Pd.i Data yang akan dicari peneliti adalah data yang terkait tentang metode
dalam layanan bimbingan konseling. Guru kelas dijabat oleh bapak Irham,
peneliti melakukan wawancara dengan bapak irham untuk mendapatka data- data
tentang metode layanan bimbingan dan konseling.
dengan
wawancara kepada guru kelas peneliti mendapatkan data tentang metode pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap siswa ang nakal, peneliti wawancara dengan
gurukelas dan guru mata pelajaran khususnya yang mengajar di kelas IV B untuk
mendapatkan data mengenai Impelementasi Metode layanan bimbingan dan konseling
yang ada di SDN 02 Tambakrejo. informasi yang valid.
a.
Observasi.
Observasi
adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam
penelitian.[3]
Pada penelitian
ini peneliti menggunakan metode observasi dengan secara langsung terjun
kelapangan untuk memperoleh data yang diinginkan. Observasi dilakukan peneliti
dengan mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran di SDN 02 Tambakrejo
untuk mengetahui proses pengembangan karakter religius para siswanya. Peneliti
terjun langsung ke kelas IV B untuk mengamati.
b.
Dokumentasi.
Dokumen adalah
catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan
dan karya bentuk. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara.[4]
Peneliti
menggunakan metode dokumentasi untuk menunjang informasi- informasi yang telah
didapat dengan melampirkan data informasi tambahan sebagai bentuk dokumentasi.
Adapun dokumentasi yang dilampirkan diantaranya yaitu buku pedoman materi bimbingan
konseling untuk sekolah dasar, dll. Dengan melampirkan dokumentasi tersebut,
maka peneliti merasa yakin akan kebenaran data informasi yang didapat
dilapangan.
6.
Uji Keabsahan
Data
Untuk menetapkan keabsahan data yang diperoleh di lapangan, maka
peneliti menggunakan tehnik pemeriksaan triangulasi data. Triangulasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Tehnik
ini dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.[5]Pada
proses trianggulasi ini, langkah yang dilakukan setelah peneliti mendapatkan
data dari pengamatan, maka peneliti membandingkannya dengan isi dokumen yang
didapat dari beberapa sumber data yaitu Guru kelas dan guru mata pelajaran di SDN 02 Tambakrejo oleh peneliti untuk menguji
keabsahan data tersebut. Apakah hasil pengamatan sesuai berdasarkan dokumen
ataukah tidak.
7.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis diantaranya yaitu:
1)
Data Reduction
( Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok,
menfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu.[6]Pada
proses reduksi data peneliti merangkum data- data hasil dari lapangan, yaitu
dengan melihat proses implementasi kurikulum takhasus dan pengembangan nilai
karakter religius pada kelas IV yang ada .
Kemudian memilih data- data yang pokok yang paling penting untuk
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah dalam pencarian data jika
diperlukan nantinya.
2)
Data Display
(Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. [7]
Pada tahap penyajian data ini langkah yang akan dilakukan peneliti yaitu
menyajikan data dari hasil rangkuman data- data pokok paling penting yang telah
dipilih oleh peneliti untuk kemudian disajikan menjadi teks yang bersifat
naratif.
3)
Conclusion
Drawing/ Verification
Menurut
Miles and Huberman conclusion drawing/ verification adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi.[8]
Pada proses penarikan kesimpulan peneliti melakukan kesimpulan dari penyajian
data dengan bukti- bukti yang diperoleh dilapangan. kemudian dilakukan
verifikasi melalui penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan
analisis sehingga keseluruhan permasalahan mengenai implementasi
[1]
Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 6
[2]Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 317.
[3]Djam’an Satori
dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 105.
[4] Komariah, Metodologi
Penelitian..., hlm. 148- 149.
[5] Moleong, Metodologi Penelitian..., hlm.
330.
[6]
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan..., hlm. 338.
[7] Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan..., hlm. 341.
[8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 345.
Click Here wholesale sex toys,wolf dildo,dildo,cheap sex toys,vibrators,wolf dildo,realistic dildo,dildo,sex chair check it out
BalasHapuswhy not try here vibrators,vibrators,wholesale sex toys,horse dildo,dildo,wholesale sex toys,realistic dildo,realistic dildo,sex toys Continued
BalasHapus