Selasa, 16 Juni 2015

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

PROPOSAL PENELITIAN

Judul               : METODE LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA AGAR DAPAT BERPRESTASI DI SEKOLAH DASAR NEGERI 02 TAMBAKREJO
Penulis             : Hasif sanada
NIM                : 123311019
Program Studi : Kependidikan Islam

BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
I.                   PENDAHULUAN
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :



1.      Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2.      Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3.      Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
4.      Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
5.      Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6.      Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7.      Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8.      Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1.      Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2.      seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3.      Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
4.      Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
5.      Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.
Sementara itu mengutip dari Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

I.                   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana metode layanan Bimbingan dan Konseling terhadap kenakalan siswa agar dapat berprestasi?
2.      Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan guru kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang nakal?
II.                TUJUAN DAN KEGUNAAN
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      untuk mengetahui metode layanan Bimbingan dan Konseling terhadap anak yang nakal agar berprestasi
2.      untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan guru kelas dalam melakukan Bimbingan dan Konseling
3.       
4.      .
III.             MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :
1.      Manfaat teoristis, yaitu : untuk memecahkan masalah yakni memecahkan masalah tingkah laku anak yang berosientasi negative, yaitu dengan membantu anak dalam mengatasi masalah kenakalanya. Dan untuk membantu anak untuk mengarahkan kearah yang baik terutama jika anak itu sudah berprestasi agar mampu mengembangkan prestsinya.
2.      Manfaat praktis
a.       untuk konselor sekolah dan guru mata pelajaran diharapkan untuk lebih  memperhatikan, memotivasi perkembaganya dalam belajar sehingga anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan mendapatkan hasil yang maksimal
b.      bagi orang tua sebagai keluarga merupakan lingkunggan yang pertama dan utama dalam memulai pendidikan bagi anak sehingga orang tua dapat memperhatikan terus menerus cara bergaul dan bertingkah laku anak serta mengikuti perkembangan belajarnya
c.       untuk subyek dengan adanya penelitian ini dapat membantu anak untuk memahami dirinya dengan mengetahui kesulitan yang di alami sang anak. Serta mampu mengembangkan potensi positif yang ada dalam dirinya.
d.      Bagi peneliti manfaatnya adalah untuk menambah wawasan serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan peneltian lebih lanjut
e.       Bagi masyarakat adalah dengan hasil penelitian ini serta melalui informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat memperhatikan dan mengawasi cara berperilaku anak usia sekolah serta mampu memotivasi semangat belajarnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian mengenai Bimbingan Konseling telah banyak dilakukan terbukti dengan beberapa karya ilmiah yang diantaranya merupakan skripsi sebagai berikut:
1.      Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia NIM 08220058 berjudul Layanan bimbingan konseling terhadap masalah social pribadi siswa di MTsN 1 Yogyakarta. Focus penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode layanan bimbingan konseling terhadap masalah pribadi social siswa yang meliputi, penyesuaian diri, menghadapi konflik serta pergaulan siswa siswi.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh Elidath B.suan NIM 0601160007 berjudul Pengaruh layanan bimbingan belajar terhadap pengentasan kesulitan belajar siswa kelas XI bahasa SMA N 1 Kupang . Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh layanan bimbingan belajar terhadap kesulitan belajar
3.      Penelitian yang dilakukan oleh Renoldus Yoland NIM 0601160035 berjudul STUDI KASUS TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 5 KUPANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 . Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor apa sajakah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Dari beberapa penelitian diatas memang member tampat mengenai Bimbingan dan Konseling. Namu penelitian-penelitian tersebut mempunya beberapa perbedaaan waktu, tempat dan lain-lain. Khususnya mengenai mengenai metode dari bimbingan konseling masalah social, juga pengaruh dari layanan bimbingan belajar. Sedangkan penelitian yang penulis buat lebih menekankan pada Upaya, strategi dan langkah dalam menagani masalah belajar.

2.      Landasan Teori
A.    Definisi kenakalan
Kenakalan dengan kata dasar nakal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut . sedangkan kenakalan itu sendiri merupakan perbuatan nakal dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang melanggar norma kehidupan.
Peraturan pemerintah No. 28 dan 29 tahun 1990 dan peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa “Bimbingan ialah bantuan yang diberikan kepada murid dalam rangka menemukan pribadi, mengenli lingkungan dan merencanakan masa depan “ pengertian ini secara langsung telah mencangkup arti dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Secara spesifik SK mendikbud No. 025/0/1995 mengemukakan “ Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk murid, baik secara perorangan maupun secara optimal dalam bidang Bimbingan pribadi, Bimbingan sosial dan Bimbingan karier melalui jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang baik.
Gambaran umum kenakalan siswa sekolah dasar ialah anak tidak sama dengan orang dewasa, jalan pemikiran anak masih sering dikuasai oleh emosinya yang mengarah pada keinginan bermain. Apabila setiap keluarga disoroti kemungkinan aka nada tindaknya persoalan dengan anak, maka akan terlibat macam-macam derajat kesulitan. Bahkan mungkin saja bahwa tidak semua keluarga menyadarinya. Permasalahan yang disebabkan oleh anak justru sering menyangkut pihak-pihak lain.
Pentingnya pengembangan karier anak, maka bimbingan karier itu sangat perlu diberikan kepada setiap siswa untuk menyaring serta menyeleksi potensi-potensi yang dimilikinya, yang sesuai dengan siswa dalam menentukan masa depanya.
      Sedangkan apa yang dimaksud dengan karier itu sebenarnya? Sebagai bahan orientasi kareir pada khusunya, dikutip dari pendapat Prof. Edgar H. Schein, Karier adalah suatu pandangan yang telah membudaya mengenai tingkat kemajuan yang terbatas pada tingginya upah.
B.     Factor-faktor penyebab kenakalan siswa sekolah dasar
Kenakalan anak menurut sebagian para ahli merupakan kegagalan memperoleh respon yang dapat diterima oleh masyarakat atau kegagalan memperoleh pembenaran moral dan etis yang sesuai dengan budaya masyarakat. Dan sebab-sebab kegagalan tersebut bersumber dari problem perkembangan.
Psikologi anak yang mendapati proses suoer ego anak kearah sosialisasi yang tepat dan memadai mungkin juga disebabkan tidak mampu menyesuaikan diri dengan standar prilaku yang umum di masyarakat sekitar. Jadi kenakalan anak diukur dengan standar nilai dan norma-norma sosial. Mungkin satu bentuk perilaku siswa dilingkungan masyarakat tidak sesuai dengan tolak ukur dari kebudayaan atau tradisi yang berlaku, maka bentuk-bentk perilaku dipandang kenakalan
Pada dasarnya dari setiap masalah atau kenakalan. Peserta didik di sekolah dasar cenderung dari sumber yang melatar belakangi penyebabnya. Seorang guru Bimbingan Konseling harus mengetahui siapa peserta didik yang bermasalah serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Secara lebih terperinci penyebab-penyebab kenakalan pada siswa adalah sebagai berikut:
1.      Kurangnya Kasih Sayang Orang Tua
Terkadang orang tua lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja sehingga anak tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya sehingga anak mencari perhatian orang tua dengan perilaku yang menurut anak efektif untuk mendapatkan perhatian, yakni dengan perilaku negative
2.      Pergaula dengan teman yang tidak sebaya
Pergaulan dengan teman yang jauh lebih tua menyebabkan anak meniru perilaku orang tersebut, hal ini terjadi karena anak merupakan periode imitasi yang selalu meniru perilaku orang dewwasa baik itu yang baik maupun yang buruk
3.      Peran dari perkembangan Iptek yang membawa dampak negative
Meskipun Iptek merupakan hal yang sangat membantu dalam perkembangan informasi akan tetapi tetap ada dampak negative dari iptek tersebut, khususnya dalam internet tersebut.
4.      Dasar-Dasar Agama yang kurang
Pondasi agama merupakan pondasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia maka tidak aneh jika seorang yang tidak memiliki pondasi agama yang tidak kuat maka akan mudah terpengaruhi oleh hal negative
5.      Tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
Jika media penyalur bakat tidak ada maka kesenangan anak akan merubah arah terhadap hal lain, biasanya anak akan berubah kearah negative karena anak berfikir hal itu akan dapat memberikan kesenangan etrsendiri
6.      Kebebasan yang berlebihan
Kebebasan yang diberikan orang tua terhadap anak mengakibatkan seorang anak tidka ragu lagi melakukan apa yang diinginkan oleh anak tersebut termasuk perilaku negative
Di balik semua kenakalan siswa sekolah dasar terkadang dia merupakan anak yang cerdas dan baik pula prestasinya akan tetapi karena kenakalan yang dimilikinya membuat sang anak tidak mampu untuk mengontrol kecerdasanya dan disini amat disayangkan jika kecerdasanya itu tidak mampu di implimentasikanya dalam pembelajaran. Disinilah bagaimana peran guru Bimbingan Konseling dalam mengaahkan serta menangani anak yang nakal tapi berprestasi.
C.     Bentuk kenakalan siswa serta peran guru dalam mengatasinya
Dalam pembahasan anak berperilaku nakal, akan dibatasi pada tiga jenis perilaku bermasalah yaitu:
Ø  Keras kepala atau bengil yaitu
suka membantah terhadap orang lain, tetapi tidak ada alas an yang diajukan, anak yang keras kepala selain dilingkungan keluarga dapat juga dilingkungan sekolah. Anak yang keras kepala selain dilingkungan keluarga dapat juga dilingkungan sekolah. Anak yang keras kepalanya biasanya bertujuan untuk menyembunyikan kelemahan batin yang ada pada dirinya.
Anak keras kepala sering timbul dikalangan anak-anak setelah mereka mencapai umur tujuh tahun. Anak-anak memperlihatkan sikap dengil itu dalam wujud suka membantah, suka ngeyel dan sebagainya. Namun orang tua pada umumnya langsung memarahinya bahkan langsung memukulnya, sehingga anak menjadi nakal dank eras kepala kepada kedua orang tua.
Ø  Berbohong
Yaitu salah satu cacat atau kesalahan yang sering terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, bohong selain sifat yang tidak terpuji juga dapat menimbulkan masalah bagi guru.
Jenis-jenis bohong, yaitu :
1.            Bohong karena darurat
2.            Bohong sosial
3.            Bohong untuk diri sendiri
4.            Bohong kompensasi
Ø  Pendusta
Pada umumnya seorang anak berdusta karena kedua orang tuanya atau orang lain karena ingin melakukan sesuatu untuk keinginan hatinya. Atau berdusta karena ada rasa takut yang menyelimuti perasaan untuk berusaha jujur tapi takut untuk dimarahi. Sebab-sebab anak sering berdusta :
·         Merasa takut
·         Ingin menarik perhatian orang lain
·         Ingin memperoleh keuntungan
D.    Fungsi bimbingan dan konseling di sekolah dasar
Dikutip dari bukunya bapak Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan konseling, yaitu:
v  Funsi penyaluran (Distributor)
Merupakan fungsi bimbingan dalam membantu penyaluran siswa-siswa memilih program-program pendidikan yang ada disekolah, penyaluran terhadap bakat, minat dan cita-cita. Disamping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di seklah antara lain, membantu menempatkan anak dalam kelompok besar dan lain sebagainya.
v  Fungsi penyesuaian (Adjustif)
Merupakan fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadinya yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khusunya dalam teknik konseling siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitanya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam mengembangkan dirinya secara optimal.
v  Fungsi adaptasi (Adaptif)
Merupakan fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekoah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan cirri khas dan kebutuhan pribadi siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang cirri-ciri kebutuhan, minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siiswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi siswa. Sehingga para sisiwa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat.
v  Prinsip-prinsip bimbingan konseling di sekolah dasar
Merupakan paduan hasil kegiatan teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksud. Berikut merupakan prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu sejumlah sumber sebagai berikut:
1.      Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaanya adakah unik dank has. Keunikan ini memberikan cirri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan sikap dan tingkah lakuseseorang dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
2.      Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karena itu dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.
3.      Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitanya sendiri.
4.      dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif, mempunyai banyak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
5.      Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oelh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli
6.      Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identitas kebutuhan dan kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.
7.      Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakat.
8.      Program bimbingan dan konseling disekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupajan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalanya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan
9.       Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklahdipimpin oelh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Dismaping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
10.  Dalam program bimbinggan dan konseling sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksana. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan.  Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya disamping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
E.     Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetens
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
1.      Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan ketrampilan ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa sekolah dasar
2.      Layanan responsive
Layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peseerta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, kelompok dan konsultasi isi respon, antara lain :
a.       Bidang pendidikan
b.      Bidang belajar
c.       Bidang sosial
d.      Bidang pribadi
e.       Bidang karier
f.       Bidang tata tertib SD
g.      Bidang perilaku sosial
h.      Bidang kehidupan lainya
3.      Layanan perencanaan individual
Merupakan layanan bimbingan yang membantu seluruh pesrta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.
4.      Dukungan system
merupakan kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantabkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staff, konsultan dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.(Mengutipa dari Thomas ellis, 1990)
F.      Peran guru kelas dalammkegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peran guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Dikutip dari bapak Sadirman (2001:142) menyatakan bahwa ada Sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu :
1.      Informatur
Guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2.      Organisator
Guru sebagai pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain sebagainya
3.      Motivator
Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk menidnamisasikan potensi jiwa, menumbuhkan swadaya dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar
4.      Director
Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
5.      Inisiator
Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar
6.      Transmitter
Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan
7.      Fasilitator
Guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses bekajar-mengajar
8.      Mediator
Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa
9.      Evaluator
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkahlaku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
3.      Kerangka berfikir
Proses pendidikan sebagai proses individual membawa implikasi bagi praktek pendidikan untuk memberikan kepedulian kepada perkembangan setiap peserta didik; upaya pendidikan perlu menyentuh setiap dunia kehidupan peserta didik secara individual. Sementara itu kenyataan menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pendidikan, yang dibatasi kepada proses pengajaran, lebih banyak bersifat massal dan klasikal, sehingga tak jarang dunia kehidupan individual peserta didik menjadi kurang terpedulikan dalam proses pengajaran. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan pendidikan, pendekatan pengajaran bukanlah satu-satunya yang bisa menjamin tercapainya perkembangnan peserta didik secara optimal.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari proses pendidikan yang kepeduliannya tidak terletak pada proses instruksional melainkan  pada proses-proses non instruksional, dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan, bimbingan pula selalu berhadapan dengan individu yang sedang ada dalam proses perkembangan, dan bimbingan peduli terhadap semua spek perkembangan individu peserta didik baik aspek intelektual, sosial, emosional, maupun nilai. Berikut  ini merupakan gambaran dari kedudukan bimbingan dan konseling bagi siswa.







Layanan dasar

Layanan responsif

Layanan per-individu

Dukungan sistem

Komponen program
BK

Pengembangan professional, konsultasi,kolaborasi dan kegiatan manajemen

SISWA
 













Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan siswa. Temuan lapangan (Sunaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalh perkembangan siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan si sekolah dasar.
Kebutuhan akan bimbingan di sekolah dasar terkait erat dengan karakteristik perkembangan peserta didik. Masalah-masalah yang muncul pada peserta didik di sekolah dasar akan banyak kaitannya dengan masalah perkembangan yang mereka alami, dan masalah perkembangan tersebut akan berpengaruh kepada penyesuaian diri peserta didik terhadap program sekolah.  Rentang keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat pandai sampai dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa yang sangat sulit menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan siswa yang sarat masalah.



4.      Metode penelitian
1.      Jenis Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif  adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.[1] Peneliti mendeskripsikan dalam bentuk kata- kata dan bahasa tentang metode layanan bimbingan dan konseling terhadap anak yang nakal agar dapat berprestasi di sekolah dasar negeri 02 Tambakrejo
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
a.       Tempat
Penelitian akan dilakukan di SDN 02 Tambakrejo yang berada di jalan Desa Tambakrejo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal. kepala sekolahnya adalah Sumiyatno S.pdi, dengan visi sekolah “terwujudnya peserta didik yang unggul di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) serta keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT (imtaq)”. Waktu penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai 9 Agustus 2015.
Alasan akademik pemilihan tempat/ lokasi penelitian yaitu penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 Tambakrejo Pemilihan tempat ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
1)      Di SDN 02 Tambakrejo memiliki kurikulum khusus yayasan yang dijadikan ciri khas dari lembaga tersebut.
2)      Mata pelajaran yang diajarkan di dalam kurikulum takhasus lebih mengedepankan pendidikan Agama Islam melalui mata pelajaran aqidah akhlak, fiqh, SKI, dan al-Qur’an.
3)      Dengan adanya Bimbingan dan Konseling ini, Di SDN 02 Tambakrejo mendapat kepercayaan penuh terhadap para wali muridnya akan keberhasilan pendidikan sikap dan tingkahlakunya untuk mengembangkan karakter para siswa khususnya pada karakter yang lebih baik.
3.      Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah pihak- pihak sekolah yang bersangkutan yaitu kepala sekolah, Guru kelas dan guru mata pelajaran di  Di SDN 02 Tambakrejo. Informasi dari pihak- pihak tersebut penting untuk melengkapi catatan hasil observasi peneliti dilapangan. Sedangkan sumber data penunjangnya adalah dokumen- dokumen sekolah di Di SDN 02 Tambakrejo
4.      Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti difokuskan pada metode yang digunakan guru kelas dalam mengaplikasikan bimbingan dan konseling terhadap anak yang bermasalah
5.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Wawancara.
Mengutip dari Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.[2]
Dalam mencari informasi yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode wawancara dengan pihak- pihak yang terkait diantarnya yaitu: Kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara kepada pihak kepala sekolah SDN 02 Tambakrejo yang bernama Sumiyatno, S. Pd.i Data yang akan dicari peneliti adalah data yang terkait tentang metode dalam layanan bimbingan konseling. Guru kelas dijabat oleh bapak Irham, peneliti melakukan wawancara dengan bapak irham untuk mendapatka data- data tentang metode layanan bimbingan dan konseling.
dengan wawancara kepada guru kelas peneliti mendapatkan data tentang metode pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa ang nakal, peneliti wawancara dengan gurukelas dan guru mata pelajaran khususnya yang mengajar di kelas IV B untuk mendapatkan data mengenai Impelementasi Metode layanan bimbingan dan konseling yang ada di SDN 02 Tambakrejo. informasi yang valid.

a.             Observasi.
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.[3]
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi dengan secara langsung terjun kelapangan untuk memperoleh data yang diinginkan. Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati secara langsung kegiatan pembelajaran di SDN 02 Tambakrejo untuk mengetahui proses pengembangan karakter religius para siswanya. Peneliti terjun langsung ke kelas IV B untuk mengamati.
b.            Dokumentasi.
Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.[4]
Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk menunjang informasi- informasi yang telah didapat dengan melampirkan data informasi tambahan sebagai bentuk dokumentasi. Adapun dokumentasi yang dilampirkan diantaranya yaitu buku pedoman materi bimbingan konseling untuk sekolah dasar, dll. Dengan melampirkan dokumentasi tersebut, maka peneliti merasa yakin akan kebenaran data informasi yang didapat dilapangan.
6.      Uji Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data yang diperoleh di lapangan, maka peneliti menggunakan tehnik pemeriksaan triangulasi data. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Tehnik ini dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[5]Pada proses trianggulasi ini, langkah yang dilakukan setelah peneliti mendapatkan data dari pengamatan, maka peneliti membandingkannya dengan isi dokumen yang didapat dari beberapa sumber data yaitu Guru kelas dan guru mata pelajaran di  SDN 02 Tambakrejo oleh peneliti untuk menguji keabsahan data tersebut. Apakah hasil pengamatan sesuai berdasarkan dokumen ataukah tidak.
7.      Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis diantaranya yaitu:
1)      Data Reduction ( Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, menfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.[6]Pada proses reduksi data peneliti merangkum data- data hasil dari lapangan, yaitu dengan melihat proses implementasi kurikulum takhasus dan pengembangan nilai karakter religius pada kelas IV yang ada .
Kemudian memilih data- data yang pokok yang paling penting untuk memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah dalam pencarian data jika diperlukan nantinya.
2)      Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. [7] Pada tahap penyajian data ini langkah yang akan dilakukan peneliti yaitu menyajikan data dari hasil rangkuman data- data pokok paling penting yang telah dipilih oleh peneliti untuk kemudian disajikan menjadi teks yang bersifat naratif.
3)      Conclusion Drawing/ Verification
Menurut Miles and Huberman conclusion drawing/ verification adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.[8] Pada proses penarikan kesimpulan peneliti melakukan kesimpulan dari penyajian data dengan bukti- bukti yang diperoleh dilapangan. kemudian dilakukan verifikasi melalui penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis sehingga keseluruhan permasalahan mengenai implementasi










[1] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 6
[2]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R& D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 317.
[3]Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 105.
[4] Komariah, Metodologi Penelitian..., hlm. 148- 149.
[5]  Moleong, Metodologi Penelitian..., hlm. 330.
[6] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 338.
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 341.
[8]  Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., hlm. 345.

2 komentar: