Sabtu, 08 Februari 2014
Rabu, 22 Januari 2014
Menerapkan Neomodernisme dalam pendidikan islam
Judul
resensi : Menerapkan Neomodernisme dalam pendidikan islam
Judul buku :
Pendidikan Neomodernisme (Telaah Pemikiran Fazlur rahman)
Penulis :
M.Rikza Chamami, M.Si
Penerbit :
Walisongo Press
Tahun terbit :
2010
Tebal Buku :
xvi +224 halaman
Dimensi :
15 x 21 cm
Resesntator : Hasif Sanada
Merasakan realitas pendidikan
islam di jaman sekarang yang begitu-begitu saja, hadirlah tokoh
pembaru bernama Fazlurrahman yang datang dengan spirit
neomodernisme pendidikan islam. Neomodernisme membrikan bentuk pembaharuan dalam tubuh pendidikan islam yang masih setia memegang ajaran
islam serta mendialogkannnya dengan modernisasi.
Neomodernisme dapat diartikan juga sebagai gerakan intelektual dan erat hubunganya dengan pendidikan dan
neomodernisme berorientasi pada pembaharuan. Pembaharuan
pendidikan adalah pokok dari pendekatan
suatu penyelesaian masalah dalam jangka panjang yang dialami mayoritas masyarakat. Dalam ruang
lingkup
pendidikan, neomodernisme mencoba memberikan revisi atas pola pendidikan yang
sangat sekuler-rasional dan mempertegas identitas yang
sebenarnya dari islam yaitu pendidikan Islam yang berpacuan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Dapat dikatakan pula bahwa
neomodernisme pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai edukatif dengan sistem korelasi tradisi dan modernisasi. Tradisi dalam agama Islam
tidak dianggap sebagai suatu hal yang sepele dan dengan mudah dilupakan, akan tetapi tradisi juga patut dijaga
dan dilestarikan. Akan tetapi cara pelestariannya tidak monoton.
Substansi neomodernisme pendidikan Islam adalah pencerahan “dunia pendidikan”
dengan menyesuaikan perkembangan zaman dan sumber
pendidikannya juga lahir dari teks agama dan
realitas yang ada saat ini.
Dalam buku yang
ditulis oleh M. Rikza Chamami Dosen Studi Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang, dikatakan bahwa
pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah pokok bahasan yang utama dalam semua
bentuk pembaharauan Islam. Dan disebutkan
juga bahwa ilmu pengetahuan, ilmu sosial, dan juga ilmu sastra merupakan komponen-komponen
yang juga sangat diperlukan untuk menuju perubahan intelektualitas dan
pendidikan Islam dalam masa perkembangan fase modern saat ini. andai
penyesuaian pendidikan semacam itu dapat direalisasikan, maka generasi muslim yang
akan datang mampu aktif di dunia modern dan mampu menghubungkan tabiat
al-Qur’an dalam semua pendidikan.
PROSES PERSIAPAN MENUJU UIN
PROSES
PERSIAPAN MENUJU UIN
Institut Agama Islam Negeri Walisongo merupakan perguruan tinggi
islam yang berada di Semarang yang ingsya Allah sebentar lagi akan berubah
status menjadi UIN, yang dulunya juga pernah dilakukan oleh UIN Sunan Kalijaga
yang berada di Jogjakarta dan sebelumnya juga masih bersetatus IAIN Sunan
Kalijaga. sebentar lagi perubahan tersebut ingsya Allah akan diperoleh IAIN
Walisongo Semarang dalam waktu yang tidak lama lagi.
Perubahan status dari IAIN menjadi
UIN adalah sebuah harapan besar menuju proses ke arah yang lebih baik dan tak
adalagi kesenjangan antara ilmu agama dan ilmu umum karena pada dasarnya ilmu
itu satu kesatuan sebagai bekal untuk kehidupan dinia dan juga akhirat. agar
kedua ilmu itu, yakni ilmu agama dan umum berhubungan dan berkorelasi satu sama
lain. Tak ada lagi dikotomi. karena, proses pendidikan yang dilakukan bisa
lebih intens dan terpadu.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo Semarang telah menargetkan perubahan status menjadi universitas Islam
negeri (UIN) pada tahun ini, setelah sebelumnya rencana konversi status
tersebut sempat tertunda dan tahun ini kembali diupayakan kembali.
setelah persiapan-persiapan menuju proses tersebut sudah dilakukan semaksimal mungkin tinggal menyempurnakan proposal dan selanjutnya diserahkan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan).
setelah persiapan-persiapan menuju proses tersebut sudah dilakukan semaksimal mungkin tinggal menyempurnakan proposal dan selanjutnya diserahkan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan).
Menurut kabar, awalnya ditargetkan
perubahan status menjadi universitas dapat diwujudkan pada tahun 2012 kemarin,
tetapi karena masih adanya kendala dalam beberapa hal akhirnya harapan tersebut
tertunda, tetapi kembali diharapkan pada tahun ini rencana perubahan status
tersebut dapat terealisasikan.
Proses konversi IAIN menjadi UIN juga
melibatkan lintas kementerian, seperti halnya Kementerian Pendidikan dan
kementrian Kebudayaan, Kemenpan, dan tentunya Kementerian Agama yang selama ini
menaunginya.
Dengan dipatkannya rekomendasi dari
Kemendikbud, lalu diproses ke Kemenpan. Lalu Kementerian Keuangan dan finalnya
di Sekretariat Negara (Setneg). diharapkan semua prosesnya berjalan lancar. Dan
diharapkan nantinya perubahan bentuk IAIN menjadi UIN tidak akan menghilangkan ciri
khas kajian keislaman yang selama ini sudah melekat dan menjadi identitas
tersendiri, melainkan justru semakin diperkuat dengan kajian ilmu-ilmu umum.
Untuk menuju perubahan status
tersebut, IAIN Walisongo Semarang sudah mempersiapkan dari berbagai aspek,
seperti halnya SDM dengan menarik kembali dosen-dosen yang selama ini berstatus
DPK (Dipekerjakan) ke perguruan tinggi lain.
Dengan menarik sebanyak 25 dosen untuk kembali
mengajar di IAIN Walisongo.
semoga kesiapan
perubahan status IAIN Walisongo Semarang ke UIN dapat berkembang dan bersaing
dengan perguruan tinggi lainya. Dan mampu membuktikan eksistensinya dikalangan
nasional dan internasionaldan diharapkan juga akan merubah
pandangan masyarakat menjadi lebih positif. Karena ilmu agama dan ilmu umum
merupakan bekal untuk kehidupan dunia juga akhirat.
teknik penulisan resensi
Jelaskan teknik
penulisan resensi buku! Apa saja isi dari resensi buku! Buatkan 3 contoh judul
resensi buku! Contoh judul dimaksud juga wajib diposting di twitter dengan
mention ke: @rikzachamami
Jawab :
A.
Teknik penulisan resensi
buku
I.
Tahap Persiapan
1) Memilih
jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah
buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk
meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan
latarbelakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait
dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang
untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu
lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
2) Usahakan
buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku
yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi
dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa
penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi
ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan
misalnya lewat blog (jurnal personal).
3) Membuat
anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh
formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
II.
Tahap Pengerjaan
1) Membaca
dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca
biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan
boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku
sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu
juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam
buku tersebut.
2) Setelah
membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi
tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
• Informasi(anatomi) awal buku (seperti format
diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
III.
Tahap Publikasi
1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang
akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya.
Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah
langkah yang aman bagi peresensi.
2. Menyertakan cover halaman depan buku.
3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis
buku-buku yang resensinya telah
diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis
apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari
penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik
sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal
berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh
wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita
berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
B.
Isi dari resensi buku
a.Membuat Judul Resensi
Judul resensi yang menarik dan
benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti
tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat
sesudah resensi selesai. Hal yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan
keseluruhan isi resensi.
b. Menyusun Data Buku
Data buku biasanya disusun sebagai
berikut:
- judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);
- pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- penerbit;
- tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
- tebal buku;
- harga buku (jika diperlukan).
- judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);
- pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- penerbit;
- tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
- tebal buku;
- harga buku (jika diperlukan).
c. Membuat Pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
- memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
- membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- memaparkan keunikan buku;
- merumuskan tema buku;
- mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- mengungkapkan kesan terhadap buku;
- memperkenalkan penerbit;
- mengajukan pertanyaan;
- membuka dialog.
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
- memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
- membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- memaparkan keunikan buku;
- merumuskan tema buku;
- mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- mengungkapkan kesan terhadap buku;
- memperkenalkan penerbit;
- mengajukan pertanyaan;
- membuka dialog.
d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal berikut:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
e. Penutup Resensi Buku
. Bagian penutup, biasanya berisi uraian tentang buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal berikut:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
e. Penutup Resensi Buku
. Bagian penutup, biasanya berisi uraian tentang buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
a.
CONTOH RESENSI BUKU
Penulis : Ippho D. Santosa
Penerbit : Elex media Komputindo
Tanggal Terbit : April 2010
Jumlah Halaman : 191
Jenis Cover : Hard & Soft Cover
Kategori : Motivasi
Teks : Bahasa Indonesia
Penerbit : Elex media Komputindo
Tanggal Terbit : April 2010
Jumlah Halaman : 191
Jenis Cover : Hard & Soft Cover
Kategori : Motivasi
Teks : Bahasa Indonesia
2). Pantai dan Kehidupannya
Judul
: Pantai dan Kehidupannya
Jumlah halaman : 64
Pengarang
: Edy Karsono
Penerbit
: PT. INDAHJAYA Adipratama
Tahun terbit
: Cetakan I thn 1996 Cetakan V th 2003
Kota terbit
: Bandung
3). The Coke
Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia
Judul : The Coke Machine, Kebenaran Kotor di Balik Minuman Ringan Favorit Dunia
Penulis : Michael Blanding
Penerbit : Elex Media Komputindo
Terbit : 2011
Halaman : 420 Halaman
Harga : Rp. 99.800
Langganan:
Postingan (Atom)